"G U B U K K I T A"

Gubuk Untuk Sekedar Berbagi...

Senin, April 06, 2009

Refleksi Mahasiswa STAIN Surakarta

Penyakit Mahasiswa (PANU)

MAHASISWA merupakan entitas dari masyarakat yang menempati level elit Indonesia. Pencitraan sebagai masyarakat intelektual, idealis, sosialis, progressif bahkan reformis tercermin dengan sebutan "agent of change". Mahasiswa sebagai agent of change memiliki tanggung jawab yang penting dalam setiap proses perubahan negara. Peran controling pun serta-merta melekat pada diri mahasiswa disamping peran mekanisme kawalan. Dengan peran itulah kemudian mahasiswa harus mampu menempatkan diri sebagai pelaku yang independen serta objektif. Indepensi mahasiswa akan mempengaruhi proses pengabdian selanjutnya.

Pemberdayaan masyarakat serta mekanisme kawalan menjadikan mahasiswa harus mampu memaknai dan menganalisa setiap kondisi masyarakat. Dengan kapasistas intelektualitas serta daya analisis yang objektif, dan paradigma kritis yang dimiliki oleh mahasiswa sehingga memberikan kemudahan dalam mengakualisasikan laku idealis seorang mahasiswa. Stimulasi peran tersebut menjadikan mahasiswa harus mampu memberikan arti positif terhadap ruang-ruang disetiap proses pengembangan diri dan masyarakat.

Dengan kapasitas serta kapabilitas yang dimiliki, mahasiswa mendapatkan ruang untuk eksdoktrinasi konsep dan aktifitas diri terhadap perubahan sosial. Proses pengejawantahan (eksdoktrinasi) tersebut tidak terlepas oleh kondisi masyarakat (kampus) yang melatarinya, artinya bahwa mahasiswa harus mampu memaknai dan mengekspresikan kebutuhan diri -intelektual, moral, spiritual- dalam ruang idea dan laku. Kampus menjadi candradimuka bagi proses indoktrinasi nilai-nilai sosial dan spiritual. Penciptaan ruang yang bebas berfikir menjadikan mahasiswa lebih kapabel terhadap kondisi nyata masyarakat yang menjadi bagian dari agenda agent of change.

Agenda perubahan masyarakat seringkali justru menjadikan beban bagi mahasiswa secara kolektif. masalah-masalah yang akumulatif (personal dan sosial) menjadikan laku mahasiswa semakin kabur. Agenda perubahan yang menjadi target utama dari proses aktualisasi kesadaran diri, seringkali dianaktuakan dengan permasalah personal. kondisi psikologis pun menjadi bagian tak terpisahkan dan menjadi entri penting dalam setiap laku idealis seorang mahasiswa. Kondisi batiniyah mahasiswa sangat berpengaruh disamping kondisi lingkungan dimana ia di proses.

Realitas bahwa kampus tidak lagi mencerminkan kondisi positif bagi perkembangan mahasiswa seringkali memunculkan sikap yang tidak berlawanan. Dalam hal demikian, respon akan muncul sejalan dengan stimulus yang diberikan atau dihadirkan. Lingkungan menjadi bagian yang tak terelakkan dari setiap proses batiniyah mahasiswa.

Penyakit Mahasiswa; Trend Baru.

Kompleksitas peran mahasiswa seringkali justru menjadikan mahasiswa mulai menjauhi peran idealis. Realitas modernisasi yang menghadirkan surga bagi instanisasi produk bahkan laku kehidupan masyarakat, mulai menghinggapi insan kamil. mahasiswa mulai enggan berfikir sistematis dan objektif dalam mengasah nalar laku kehidupannya. kenyataan-kenyataan yang ditampilkan oleh penerus bangsa justru menjadikan masyarakat mulai memberikan stigma buruk.

Paradigma instanisasi "merembes" ke kampus yang merupan media pembentukan karakter yang ideal. Plagiator merupakan realitas yang dilatari oleh pragmatisme, kenyataan bahwa mahasiswa tidak lagi memandang proses untuk mendapatkan pengetahuan tercermin dari laku itu. pragmatisme berfikir merupakan merupakan cerminan dari budaya plagiator. membaca, menganalisa dan menulis sudah menjadi hal yang sulit ditemukan dikampus, sebalik keinginan untuk mendapatkan sesuatu tanpa membutuhkan proses yang panjang menjadi laku ideal masyarakat kampus.

Pragmatisme gerakan mahasiswa menimbulkan efek domino terhadap mahasiswa, apatisme menjadi bagian dari putaran bola salju. Apatisme terhadap kondisi masyarakat menjadi ironi bagi agent of change yang memegang peranan penting dalam perubahan masyarakat.

Narsisme bagian dari permasalah yang saat ini melabeli kaum intelektual. narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Narsisme akan memunculkan sikap hedonisme yang tidak lagi memandang masyakat sebagai bagian dari kehidupan sosial kita. Dalam sejarah (Andrew Morrison) sikap narsisme merupakan potensi manusia yang mampu menghadirkan persepsi bagi diri dan orang lain, hal tersebut jika dilakukan dalam kadar yang imbang maka akan jadi laku yang baik. realitas bahwa narsisme menghadirkan sikap hedonisme.

Selanjutnya, penyakit yang menghiasi laku para mahasiswa saat ini adalah oportunisme. Oportunisme diartikan mencari kesempatan dalam kesempitan, dalam kasus ini anarkisme menjadi bagian dari tingkah oportunisme. radikalisme yang selalu menghiasi laku aksi (demonstrasi) merupakan buah dari sikap oportunis gerakan.

Penyakit-penyakit tersebut membuat mahasiswa mengalami stagnasi gerakan, agenda perubahan menjadi semakin kabur. Stigmatisasi terhadap laku "kliru" mahasiswa semakin jelas, efeknya kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa mulai hilang. Jika demikian, sepertia apa idealisme mahasiswa saat ini! Bukan Begitu?

Rohim Habibi

Santri Pengajian Kalimat, STAIN Surakarta