"G U B U K K I T A"

Gubuk Untuk Sekedar Berbagi...

Minggu, April 12, 2009

Pesta Demokrasi; ironis.

Sisi Lain Pesta Demokrasi Indonesia

Pesta demokrasi hampir selesai dengan pemenang tidak jauh beda dengan hasil pemilu tahun sebelumnya. konstelasi politik indonesia tidak jauh dari partai yang memiliki modal besar untuk pasang iklan di televisi, atau dengan motor politik yang mudah di terima masyarakat. tapi dari keberhasilan penyelenggaraan pemilu ternyata menyisakan beberapa penyakit yang mulai menjangkit rakyat indonesia.
Dalam pelaksanaan pesta demokrasi indonesia ternyata mendatangkan trend baru dikalangan konstituen partai politik. Pragmatisme menjadi urutan pertama daftar penyakit yang mulai mewabah dalam masyarakat saat ini. Kenyataan bahwa nalar politik masyarakat mulai memandang politik sebagai pesta yang harus dimanfaatkan "finansial" merupakan sikap pragmatisme masyarakat dari segala segmen.
Money politik yang secara teoritis diharamkan dalam setiap pelaksanaan politik menjadi legal bahkan menu utama pelaku politik. caleg dan konstituen tidak malu lagi untuk memerankan laku ilegal tersebut. Inikah format sistem politik indonesia yang berkali-kali pelaksaannya menyisakan ironi?
Idealisme demokrasi mulai terkaburkan oleh laku para elit politik. Slogan "jalan pintas dianggap pantas" patut disematkan bagi pesta demokrasi indonesia saat ini. logika pesta dengan hura-hura, serba uang, atau bersifat sementara tanpa proses refleksi menjadi kenyataan yang harus dicermati oleh para elit politik.
Dalam setiap kampanye, misalnya, kesan show of force lebih kentara dari pada sebagai proses pendewasaan atau pendidikan politik masyarakat. fakta bahwa kekuasan menjadi target utama partai politik peserta pemilu ketimbang menuju indonesia yang lebih maju. oleh karena nalar mencari peluang dalam setiap kesempatan menjadi agenda selanjutnya partai politik yang kalah. seharusnya hal-hal semacam itu tidak terjadi di negara yang notabene sebagai bangsa besar dengan multikulturalnya. Bukan Begitu!

Pemilu aroma Pilkada

Realitas di atas menjadi keprihatinan bangsa indonesia saat ini. negara yang masih mencari format demokrasi ideal bagi bangsa yang multikulturalisme dan multi partai. kebijakan pemerintah dengan kesan memudahkan kelompok bahkan individu untuk membuat partai memberikan aroma tersendiri dalam menu pemilu.
Sisi lain dalam pelaksanaan pemilu 2009 adalah kesan bahwa pemilu seperti halnya pilkada lebih jelas. Hal ini bisa dicermati lewat anoimo masyarakat memberikan suaranya kepada perwakilan rakyat daerah atau kabupaten lebih besar daripada untuk wakil di pusat. artinya bahwa posisi wakil di pusat tidak populis dibandingkan kabupaten atau wakil di pusat tidak akan banyak mendengarkan aspirasi masyarakat dibandingkan kota atau kabupaten.
kondisi tidak jauh berbeda dengan wakil daerah (DPD). Ironis, DPD yang mempunyai peran penting dalam memajukan daerah masing-masing, seakan tidak terlihat keberadaannya. Golput menjadi raihan terbanyak di DPD, menjadi kenyataan pahit. Tidak jalannya mesin politik masing-masing caleg merupakan faktor utama bagi terciptanya kondisi demokrasi ini. realitas masyarakat dan partai politik inilah yang selalu menghiasi setiap pelaksanaan pemilu di indonesia. bangsa ini perlu belajar dari sejarah yang pernah ada, atau kondisi ini merupakan kembangan dari sejarah yang pernah melumuri bangsa ini. jika demikian, bangsa indonesia perlu merubah sejarah yang ironis dan melukis kembali sejarah yang lebih terhormat. Bukan Begitu?

Rohim Habibi
Santri Pengajian Kalimat, STAIN Surakarta