"G U B U K K I T A"

Gubuk Untuk Sekedar Berbagi...

Sabtu, April 25, 2009

Hari Ini

Jiwa ini tak mampu mengartikannya,

Kepenatan itu membunuh sabar ku,

Suara sumbang saling bertemu dalam ruang bisu,

Amarah jadi beban dalam hati,

Rasa yang tak mungkin bisa aku hentikan,

Berjalan dalam diam,

Waktu berhenti dari roda kehidupan,

Kepercayaan mulai memudar dari sang dermawan,

Rasa marah mengalahkan sesal ku,

Aku tak mau hidup dalam bayang-bayang hari ini.

Senin, April 20, 2009

Mempertanyakan Mimpi Ibu Idonesia

DREAM GIRLS UNTUK MIMPI IBU INDONESIA
Rohim Habibi

Satu lagi tayangan televisi yang menjadi trend di kalangan para ibu Indonesia. Dream Girl di stasiun Global TV, mencoba mencari kesuksesan di masyarakat mengulangi (Indonesia Idol, Akademi Fantasi Indonesia, Mendadak Dangdut atau Audisi Dewi-Dewi) dengan segmen berbeda. Pencarian bakat bagi ibu ini membuka pendaftaran dan pencarian calon artis di berbagai kota besar di Indonesia: bandung, jogjakarta, surabaya, manado, dan jakarta.

Masyarakat (ibu rumah tangga) bisa dengan mudah mendapatkan formulir untuk bisa merubah mimpi jadi kenyataan. Kaum ibu Denman semangat mensukseskan program Dream Girls sebagai jalan mewujudkan mimpi sebagai artis.

Dream Girls merupakan talent show yang mencoba mencari dan mengembangkan bakat entertainment (bernyanyi) para ibu muda dari semua kalangan untuk dipromosikan menjadi the next trio diva Indonesia. Dream Girls menjadi semakin menarik dengan sistem kompetisi yang mengharuskan para peserta berusaha memberikan kemampuan terbaik, dalam kualitas vokal, intertain, dan lifestyle, sehingga mampu menyihir komentator dan konstituen untuk memberikan simpatiknya.

Dengan slogan "Saatnya Mimpi Jadi Kenyataan", Dream Girls mampu memberikan sugesti kepada para ibu muda untuk merubah kehidupan menjadi lebih baik lewat pengembangan latentanya. Seperti halnya music competition yang lain, Dream Girls menggunakan format audisi dan eliminasi untuk benar-benar mendapatkan pemenang.

Karantina pun menjadi bagian dari pengembangan talenta bagi para pemenang, seperti halnya kursus, ibu-ibu muda dididik untuk menguasai banyak lagu dengan kualitas vokal yang lebih baik, sehingga dalam setiap show peserta lebih berkualitas. Kenyataan itu bisa dilihat dari komentar serta perolehan SMS di setiap penampilannya.

Akan tetapi, dampak positif dari Dream Girls menyisakan ironi bagi masyarakat Indonesia. Harmonisasi dan pola pikir menjadi taruhan dari kemegahan program tersebut.

Dream Girls di samping menjadi sarana bagi ibu untuk mengaktualisasikan bakat, juga menjadi titik awal perubahan gaya hidup, sehingga memberikan ekses bagi harmonisasi keluarga dan masyarakat. Hal ini berbeda dengan kultur masyarakat Indonesia yang menempatkan kebersamaan dan penghormatan kepada sesama sebagai laku kehidupan bangsa.

Proses karantina, konsekuensi logis yang harus di terima adalah meninggalkan semua kebiasaan termasuk kewajiban kodrati menjadi ibu rumah tangga dengan dalih memudahkan dalam mengembangkan kualitas. Kewajiban hakiki seorang ibu rumah tangga yang seharusnya mengurus anak, mendampingi suami dan menata rumah tangga, mulai dikikis dari kehidupannya. Kondisi yang menawarkan kebudayaan instan, kemudahan-kemudahan dalam hidup, jadi hal yang mengisi hari-hari di pengasingan.

Pengembangan terhadap kualitas personal melalui test vokal, penguasan lagu bukan menu utama, justru kebiasaan “pamer pakaian”, menghibur diri, nggosip jadi rutinitas lain. Hal ini menjadi ironi untuk sosok ibu bagi keluarga.

Belum lagi, perang busana dalam setiap penampilan dan rutinitas di kamar karantina. Fasionable menjadi poin penting dalam penilaian setiap juri bahkan masyarakat sekalipun. Hal ini bertolak belakang dengan kenyataan keseharian para ibu-ibu, dan hedonisme menjadi laku yang tak terhindarkan.

Pola hidup boros secara spontanitas jadi bagian dari peserta Dream Girls. Fakta bahwa dengan format SMS, para peserta justru banyak mengeluarkan dana untuk “memenangkan diri”. Artinya, Dream Girls di samping menjadi sarana merubah hidup lebih mapan bagi pemenang, juga menjadi masalah bagi mereka yang kalah dan menghabiskan b anyak dana sebagai motor promosinya.

Walhasil, dalam kemegahan pentas reality show bertajuk talent show untuk mencari the next diva Indonesia ternyata meninggalkan beberapa ironi bagi masyarakat secara umum dan peserta lebih khusus. Keinginan untuk merajut dan mengasah talenta diri melalui momentum Dream Girls tidak seharusnya melupakan kehidupan kodrati perempuan sebagai ibu rumah tangga.

Rohim Habibi, Santri Pengajian Kalimat di Solo. Alamat: Krapyak, Kartasura, Sukoharjo. No. HP 081335796797