Perempuan Tanpa Ruang
Siapa yang tidak mengenal Muhammad Dhani, sosok yang mengidolakan Soekarno dan Gusdur. Tegas, cerdas, produktif dan "nyleneh" menjadi ungkapan yang tepat untuk mengungkapkan sosok Muhammad Dhani.
aih senangnya dalam hati
kalo beristri dua
seperti dunia
ana yang punya
kepada istri tua
kanda sayang padamu
kepada istri muda
i say i love you
istri tua merajuk
balik ke rumah istri muda
kalo dua dua merajuk
ana kawin tiga
mesti pandai pembohong
mesti pandai temberang
tetapi jangan sampai
eh pecah temberang
Semua orang akan menggelengkan kepala sebagai ungkapan kekaguman jika syair di atas dilantunkan oleh suara "serak-serak basah" khas Ahmad Dhani disertai komposisi alat musik yang syarat akan nilai estetisnya. Diantara para fans Ahmad Dhani adalah kaum wanita yang mampu dihipnotis oleh sosok superman bagi al, el dan dul.
Akan tetapi, ungkapan diatas bagi aktifis perempuan dan "Gender", mengandung makna yang provokatif dan diskriminatif. Seakan-akan superioritas mutlak milik kaum adam "seperti dunia ane yang punya" sebaliknya perempuan diposisikan sebagai yang tertunduk hanya dengan ungakapan "i say i love you". Secara "lembut" penyair ingin mengatakan bahwa laki-laki berhak untuk mencintai berapapun sesuai dengan dalil agama (secara tekstual).
Musik adalah cerminan dan media untuk mengungkap realitas sosial disamping sebagai "curhat" personal. Dalam hal ini bahwa masyarakat masih mengamini apa yang diungkapkan oleh dani lewat "madu tiga" sangat jelas. Perempuan sebagai kaum yang seharusnya "dilecehkan", justru tergila-gila oleh indahnya komposisi alat musik dan balutan syair yang simple. Sikap tidak reaktifnya kaum wanita menjadi legitimasi atas superioritas kaum laki-laki. Hal ini bertolak belakang dengan semangat "gender" yang semarak disuarakan oleh aktifis perempuan.
Hal ini tidak semestinya terjadi dalam negara yang masih mencari format persamaan status sosial, dan musik sebagai alat komunikasi sosial tidak seharusnya mendeskriditkan pihak manapun, walau atas nama kebebasan berekspresi. Bukan Begitu?
Rohim Habibi
Anak Kalimat, Solo (15 Juni 2009)