saat sedang berjalan
tiba-tiba hujan jatuh turun
membasahi sebagian tubuh lelaki
yang hatinya terpilih rindu purba
ia berteduh runtuh.
hujan sontak hentak bertanya
perihal perlakuan dan sifat lelaki
terhadap dirinya yang beda:
"hai lelaki, mengapa engkau
perlakukan aku dengan sifat yang
beda sangat berbeda?"
lelaki kemudian berkata
dalam tatapan kosong mlompong
"ya, kepada engkau kini aku tak lagi
bahagia dan tak lagi ada tangisan"
ia kemudian melukiskan huruf
diatas daun pisang dari samping ia
berdiri dan lalu mengalirkannya
bersama air hujan.
hujan semakin keras larinya
petir pun tak luput menyambangi
seakan memberi rasa kepadanya
"kepedihan selalu ada jika cinta telah tiada."
RH.14.05.2011
Rohim Habibi, Pengajian Kalimat, Solo