"G U B U K K I T A"

Gubuk Untuk Sekedar Berbagi...

Kamis, Oktober 14, 2010

WANITA DALAM HANDPHONE

WANITA DALAM HANDPHONE (1)
Meski Hanya Kata; Jika Cinta


Sudah pagi. begitu sapa tangan pada mata. kemudian. seperti petugas pemadam kebakaran, ia langsung menyisir sisi kanan-kiri, "Hp!... mana hp!?" dan persis di sebelah kepala. "Alhamdulillah!?" seakan-akan ada sesuatu yang di nantikan. sangat lama. "satu pesan diterima", tertulis dalam layar hp monopolix. ia girang. segera mengabarkan pada kaki dan lalu memerintahkannya untuk bangun. "Lagi miduk king jama'ah, Mas. Ki meh lanjutke bobox.hehehe...." kalimat yang termaktubi dalam layar hp. kemudian ia tersenyum lega. "Hehehe....nggeh, sugeng tilem Nok?!" sahutnya lewat pesan ulang. dan ia pun berlalu dari kamar mini dan menjemput sang mentari. 05.45.

sebelumnya,

"Sugeng ndalu, Nok?"
"Nggeh mas. og deleng tilem, sibuk ta?"
"Mboten og. kademen ki, dadi ga isoh turu. lah pean tumben deleng tilem?" tanyanya lagi.
"Niki mpon liyer-liyer mas. punten yen mengke mboten mbales. hehehe.....". Jawab wanita dalam hpnya. ia tersenyum. meski terlambat ia terima.

Memang benar. itu ungkapan terakhir dari wanita yang buatnya tersenyum. bikin hidup lebih hidup. ceritanya pada malam. "Sugeng tilem, mimpi indah Nok....?" tuturnya. sembari mengharap ialah lakon dalam mimpinya, nanti. terlelap.

hingga,

Suara adzan membangunkannya. sebuah kebetulan atau memang rutinitasnya. bangun saat waktu subuh datang. tanpa pikir panjang. ia tulis kata-kata, "Sholat Nok?!" kemudian ia haturkan pada wanita indah malam tadi. hampir satu jam. tidak ada balasan darinya. sedikit bosan. hingga akhirnya, ia pun kembali tersungkur di kasur busa. warna tanah. lelap. 04.30...

Terimakasih....


Hahaha.....bahagia, meski hanya nama...
GM/9/10/2010




WANITA DALAM HANDPHONE (2)
Si Jireh

Saat sedang menikmati kopi dan sebatang super bersama. Tiba-tiba, “tiittit….tiittit.” Pertanda pesan tersambung lewat hand phone warna pink. “Ndang bedek! sapa brow?!" Tanyaku pada seseorang berambut gondrong. “Mboh!” Terkanya dengan acuh. Tak mau tahu. Sebab kopi digenggamannya lebih nikmat. Lebih memuaskan dari sekedar memprasangkakan seseorang dalam hp tak bertipe. “Bajiruut….!!!” Timpukku spontanitas. “hahaha….!?” Balasnya dengan lega. Tanpa perasaan marah. Atau ganti mengataiku dengan gunjingan. Semisal, ndasmu, matamu, atau apapun. Ya, kita memang sudah tidak punya amarah laiknya manusia.

“Oh! Donking…?!” Ucapku. Seraya mengabarkan pada lelaki disampingku. Seperti terkaanku, si gondrongpun penasaran dengan pesan ini. Maklum kita berdua kenal bahkan akrab dan sering mengerjai teman wanita yang memiliki sifat penakut dengan sesuatu yang ghaib. Setan. “Ndang buko!? Apa smse!" paksanya. “Sek toh!? Bajirut…”. Balasku. “Pakdhe…?!” Cetus si gondrong, mencoba memvisualisasikan kata-kata dalam pesan singkat ini. “Balesen brow!?. Ku ga’ ana pulsa ki?!” Pintaku pada si gondrong. Tanpa berfikir lama. Ia pun dengan lihai memencet-mencet keypet hapenya hingga menjadi sebuah kalimat. “cah jireh, wis sarapan rung? Ki ku neng warung.” Dan melepasnya ke alamat dengan nama “mbohyak” dari hpnya. Tak lama berselang. “hahaha…” reaksinya setelah membaca balasan dari wanita “jireh”. “Ku gak bias tangi ki…gawake rene ya?! “. "Wegahmen!!! Reneo!?”, balasnya. Sedikit lama sambil menikmati super dan si coklat pahit.

“Tenan pakdhe, ku gak isho tangi.” . Si jireh menegaskan kepada kami. Tentang kondisi fisiknya sedang sakit. “Ndak yo Leh? Terus sing smsan ki sapa jal?! Si gondrong membalasnya dengan enting. Hahaha….kamipun terbahak2. Membayangkan ekspresi wanita dalam hand phone kala membaca balasan ini. Tak habis kami tertawa, “Ki aku gak tangi tapi melek, pakdhe!” . Balas wanita yang berbadan mungil dengan nada keras. Itu kira-kira yang kami tafsirkan atas tanda seru “!” Dalam tulisnya. “Yen gak gelem gowo rene, yo is rasah nawani!". Lanjutnya. “Tenan ya?!” Kami coba meledek. Dan sudah dapat kami terka apa yang akan dia balas, “Mboooohhhh!!!”. Kami tertawa, sebelum membuka pesan replay darinya. Hahahaha.... Dua jam berlalu, rokok dan kopi telah lebih dulu pergi. “Yo is, ki meh muleh, don.” Ungkapan sebelum pergi, dari kami. DonY adalah kekasih wanita dalam hand phone, maka kami lebih suka memanggilnya dengan sebutan itu. Sebagai bagian dari penghormatan manusia yang sedang memadu kasih dalam sayang. Pun sedikit ledekan.

Terimakasih.....

Pagi buta, sebagai teman sarapan….
Gm/9/10/2010



WANITA DALAM HANDPHONE (3)
Sedari Dulu, Mengagumi Si Lesung Pipi


Terkadang. Keinginan sangat sulit untuk dikekang. Seperti aku, kepada dia (wanita dalam handphone), tiba-tiba. Tanpa peduli bahwa handphone baru dices. Dengan buruburu aku tulis layang: "Gi napa Nok?", ya ku panggil dia dengan sebutan Nok. Terasa lebih dekat. Erat. Daripada harus memanggil namanya yang arabian "Berbahasa Arab". Berdebar-debar dadaku meski tetapi handphone tak lepas dari genggaman sebelum layangnya datang kepadaku. "Cepet bales nok!!!", hatiku mulai gelisah. Seperti suara pujian dari surau yang telah lama menunggu imam. Semakin lama terdengar pecah. 18.00.

"Monggo buka riyen mas?", balasnya. Setelah ngadat tiga puluh menit. Biasanya secara spontanitas aku marah. Memaki. Setiap kali sms dan jawabannya terlambat barang sepuluh menit. Tapi, kali ini tetap saja mengembangkan senyuman indah dari bibir ku. Oh ya, dia sangat sholih, menurut ku. Setiap senin - kamis tak pernah luput berpuasa. Meski pernah ku tanya kenapa? Dan ia tak mau menjawab. Baginya alasan ibadah tak perlu di-jlentreh-kan sampai sedetail mungkin. Ikhlas adalah keinginannya. "Gusti! Beri keberkahan baginya, wanita yang berkerudung, dan berwajah lembut, sangat lembut, tanpa bedak, hanya air wudhu". Pintaku dalam sanubari sebelum membalasnya dengan kata yang sama: "Nggeh. Mugi mberkahi, amin." untuk dia. Setelah itu, hampir satu jam. Stagnasi. -Aku memafhumi, waktu sholat isya' telah menyapa dan tentunya ia berjamaah. Sebab yang ku tahu dia sangat memegang teguh doktrinasi "Assholatu 'ala waqtihaa".- Diam. Seperti malam yang begitu menikmati lentingan air hujan.

Hujan tak jua reda. Seperti diriku yang tak lagi sabar menginginkan kabarmu. Dari balik handphone. "Nok?" tanyaku kepadamu. "Nggeh Mas. Pripon?" balasnya dengan begitu lembut. "Sinau ta?" tanyaku lagi dengan sedikit basi. "Nembe mawon rampung ngaos Yasin Tahlil Mas." jawabnya. Meyakinkan. Sedikit malu aku membacanya. Sebab sudah begitu lama tak membukanya (Yasin dan dzikir Tahlil). Surat yang dulu ku hapal, sekarang? Hehehe.... "Oh nggeh. Mbok kulo diajari Nok?". Sahutku. "Hehehe..... (aku membayangkan begitu lesung pipinya, manis) kedahe kulo sing nyuwon diajari, Mas...?" Sekali lagi dia buatku terbuai dalam kekaguman. "Hehehe....kulo niku saget napa toh, Nok? Dan kali ini ku tikungkan obrolan. Sebab aku takut dia mulai buat ku terdiam dan membohongi diri kepada mu. "Nok, kapan kulo dijak maen ten griyone pean?". "Mas Griyo Kulo Gubuk Leh. Eh mboten gadah griyo deng?! Jawabanmu kali ini. Mengagetkan. "Eh nok, emang tentrem iku ukurane fisik ta? Ku lagi ngerti kie...!" tanyaku dengan sedikit gertak. "Nggeh mboten sih!? Hehehe...." Jawabmu dengan senyuman itu lagi. "Berarti kapan ku nganter pean wangsol ten griyo? Tandasku, sedikit bermain mantiq. "Nggeh kapan-kapan mawon mas, soale kulo dereng pengen wangsol." Jawabmu sedikit memberi janji bercampur perasaan malu. "Nggeh mpon. Ndang sinau ya Nok. Sesok kuliah ta?" Kataku mulai mengakhiri. "Nggeh Mas. Pangestune ya Mas." Jawabnya. kali ini benar-benar buatku tentram. Meninggikan rasa kepadamu. "Nggeh. Dungodinungo ya Nok?" Jawabku. Mengharap doamu yang lebih putih daripada ku. "Nggeh mas Oim...?" Katamu mengakhiri obrolan malam ini. Berirama rintik hujan. 21.00.

Malam ini begitu indah meski begitu tenang. Seperti hatiku. Yang mulai menyadari bahwa mengagumimu sudah sedari dulu. Begitu tenang dan jika waktunya ku akan mengibarkannya dengan lantang kepadamu. Wanita dalam handphone. Met istirah, esok menanti dengan lesung pipimu. Manis. Terimakasih.



Kata-kata adalah awal dari lukisan kita tentang dia. Tentang rasa. Tentang segalanya...
GM/14/10.2010


Rohim Habibi, Pengajian Kalimat, Solo

Tidak ada komentar: