"G U B U K K I T A"

Gubuk Untuk Sekedar Berbagi...

Sabtu, Agustus 29, 2009

Babak 5; Dua Hari Berlalu

Dua hari telah berlalu, rasa bangga mulai mengembang dalam hati ku, keinginan untuk segera mengakhiri kewajiban satu tahun sekali ini menjadi tujuan yang slalu menghiasi laku puasa esok dan selanjutnya. maklum untuk menahan lapar dan dahaga bagiku dan sebagian orang adalah kebiasaan, tapi untuk puasa rohaniyah bagiku masih dipertanyakan. Karena slama dua hari jiwa-ragaku masih diselimuti keinginan-keinginan untuk membagi keadaanku, dengan ungkapan-ungkapan yang menyedihkan dengan hasrat teman-teman yang lain mengerti puasaku adalah puasa sesungguhnya.

"Selamat menunaikan puasa, semoga amal kita diterima Allah", kalimat yang sering aku kirim kepada teman-teman nun jauh di seberang. Seakan aku ingin dimengerti bahwa hari ini aku menjadi orang yang beriman karena kewajiban puasa menurut al baqarah 183 merupakan kewajiban orang-orang yang beriman. aku menjadi sangat bangga jika ada balasan atau komentar yang keluar dari beranda ku untuk mengamini keinginan ku, "Sama-sama...?" ungkapan yang telah ku siapkan sebagai balasannya.

Ungkapan-ungkapan motivatif aku siapkan setelah hari seakan menjadi benalu dalam pelaksanaan puasa. "Ayo tetap semangat, walaupun panas banget...!"; "Aku lemes tapi tetap semangat?!"; Pingin tidur biar gak terasa panas.", merupakan sebagian pesan yang aku sebarkan kepada teman-teman, Aku ingin agar mereka juga merasakan dan memberi semangat terhadap kondisi fisik ku saat ini. "Tetap semangat, brow!; Gitu ja dah lemes, ayo Lanjutkan!; tanggapan yang ku simpan sebagai media penyemangat puasa ku hari ini. Ungkapan-ungkapan lain seperti; Hari ini begitu melelahkan, padahal baru pertama puasa, Tuhan Tolong?, aku tulis dengan tanda baca memelas agar tuhan memberi keringanan kepada ku hari ini, karena memang begitu panas dan menyiksa. Padahal aku tidak merasakan begitu panasnya derita teman-teman yang setiap hari makan sekali dengan kondisi alam yang sama. Tuhan Angkat derajat mereka kaum miskin bukan karena takdir Mu melainkan Takdir manusia.

Setelah tak terasa -karna tidur- akhirnya rasa semangat mulai mengembang kembali, seakan kemenangan puasa ada didepan, tinggal digenggaman tangan ku, akupun mulai merajut puisi kemenangan; "Kemenangan puasa bukan karena kita merasa lolos lapar dan dahaga, melainkan kita mampu menahan ego dan nafsu dalam sanubari", "Mentari mulai mengering menjadi saksi datangnya bulan bersama menghilangnya mega merah di langit tertinggi", "Sambut kemenangan ku wahai malaikat kecil ku, Terima kasih Ya Allah Yang Maha Bijaksana". sebelum sambutan penutup puasa layaknya muballigh; "Al Hamdulillah, aku menjadi saksi Keagungan Mu, semoga ibadah ku hari ini Engkau terima layaknya ibadah para sufi, Amin", Selamat berbuka puasa, teman-teman. balasanpun berdatangan layaknya tamu dibulan syawal, senangnya hatiku hari ini.

Tidak berbeda dengan hari ini, selanjutnya sebagai salam pembuka; Sahur-sahur........Selamat Menikmati sahur..., sampai akhirnya Sholat Subuh ah...?! menjadi ibadah yang layak ku beritahukan kepada teman-teman yang tak nampak. begitupun balasannya, mereka seakan mengikuti perkataanku, Ayo berjama'ah agar dapat 27 kali lipat." Ajakan yang menggiurkan, walaupun semua muslimin dimanapun pasti tahu. hampir tidak ada perbedaan sama sekali antara puasa hari pertama dan kedua, karena memang memberi kabar kepada teman itu sebuah keharusan bagiku sebagai sarana pengerat silaturahmi. Padahal motif egosentris menjadi dominasi dari niatnya. Semoga kalian tidak.

Inilah puasa hari pertama dan kedua ku, begitu indah dan mudah bukan! Tapi aku tak tahu diperingkat berapa puasaku menurut Al Ghozali? Semoga kalian lebih menikmati puasa ramadhan seperti puasanya Kaum Khos atau bahkan khowasul khos, yang tidak puasa hanya menahan keinginan konsumtif, tapi lebih dari itu, Amin.

Rohim Habibi, Pengajian Kalimat, Solo

Tidak ada komentar: