"G U B U K K I T A"

Gubuk Untuk Sekedar Berbagi...

Sabtu, Agustus 29, 2009

Cerita dari Kamar Kecil

Siang hari begitu panas tanpa hembusan angin sedikitpun, daun-daun berjatuhan tak kuasa menahan terik matahari menambah kesan gersang dihalaman rumah. Tampak dikamar kecil disudut belakang rumah dua orang yang begitu akrab terbaring tak berdaya menahan tubuhnya masing-masing. Rohim dengan tubuh langsing seperti stick drum, ia terispirasi grup band the changcuters yang menjadi idolanya. Disebelah kiri, si Andi, begitu menurut KTP, berperawakan tambun layaknya drum dengan keringat yang bercucuran tanpa sehelai pakaian. Ia sibuk mencari kipas untuk mendinginkan tubuhnya. Tak lama sosok dengan tubuh mungil sedikit tambun, "Ach...sueeeger Rek?! mencoba meledek dua temannya yang terkapar tepat didepannya. Habibi, begitu dua sahabatnya memanggil. Jam piro bib? sahut Rohim dengan penuh kebingungan. "Jam 4...Ndang do adus kono...?" habibi membalas sambil melempar handuk kuning ditangannya tepat diantara keduanya. Yo...! satu persatu bergegas dari tempat tidur seakan sudah punya agenda yang telah lama dirancang.

Jam becker mendering dengan keras, Kriiiiiiiing!!! Ayo Him, wis jam limo ki!!! untuk ketiga kalinya andi memanggil si rohim yang memang perfectionis. Yo, Ki loh..." dengan peci ditangan si rohim akhirnya keluar dari kamar. "Nengdi ki?" kata Andi sambil memasukkan baju hitamnya kedalam sarung bermotif kotak-kotak. "Sing Penting Piye Carane Oleh Jaburan!!!"; "Yen Ra Ngono Arep Buko Mbe' Opo? Mbe' Wedus...?!", si Rohim meyakinkan temannya. "Oh...Yo Bener Kowe Brow...?". Andi mengamini ucapan Rohim. " tak berlama bak senator mereka mendiskusikannya. "Moh!!!", dengan tegas Habib merespon hasil diskusi, bak bom jw marriot, ketiganya terbang dari tempat semula. "Gah!!! Moso Aku dewean...?! Ra Sido yen ngono...?! sambil berlalu dengan sendiri membawa rasa marah dalam hati dan mulut kecil yang sebentar-bentar mengeluarkan suara tak jelas.

Suara adzan bergema menemani smilir angin malam dan deru kipas melengkapi sidang makan siang ketiga jagoan malam, seakan melupakan agresi militar sore hari. Dengan ramah Andi mengawali sidang; Wah...alhamdulillah...?", Nikmate bisa berbuka bersa...ma...". "Yo brow, yen awake dewe ko ngene terus bisa naik sepuluh kilo...haha", timpal Rohim sembari menepuk perut langsingnya, Plukk...Pluk,,,,!!!, Makane Ndi...? sahut habib, seraya menjelaskan kepada musyawirin, "Yen bareng-bareng mangkat, olehe yo okeh...?", Jo koyo mau...?! tambahnya. seakan Habib Mulai mengarahkan senapannya kepada Andi. Dengan Nada Kesal, Andi merespon todongan Habib; "Maksudmu...?!". Brakk...!!! tangan Andi jatuh diatas meja. "Lah mau...?! Moso aku kon mangkat dewe, yo ra' sudi...?! Habib membalas dengan menarik pelatuk pistol kosongnya. Enakke dewe...?! dengan nada pelan habib mengakhiri gumamnya. "Wis...To?" Rohim mencoba menyiram emosi keduanya.

Seperti biasa, saling jual-beli amunisi tak terelakkan setiap mereka bersama. Beruntun Habib menjual kata-kata; "Kui...Koe nganyeli Ndi...!!!; "Senenge Mojoke Aku; Dikiro aku rak ngerti po py!!!", Habib berdiri dengan pelan mendekati Andi yang mulai beranjak dengan pose Mike Tyson. "Karep Mu opo Bib..?!!!" Andi membeli ucapan Habib. Tiba-tiba..."Meneng!!!" Rohim dengan cekatan berdiri diantara keduanya, layaknya wasit. "Wis tua ra' do nuani, utekmu nggonen!!!" sambil mengangkat tangan dan jari telunjuk tepat atas pelipis, seakan memberi peraga kepada kedua temannya itu. "Jane Koe ki ana apa toh...?", Gaweane paduuuu....ae, ra koyo ndek mben?" kata Rohim dengan ekspesif seakan mengingatkan kepada keduanya tentang masa lalu.

Allaaahu Akbar....Allaaahu Akbar, Suara adzan pun menyambut mereka dengan merdu. mereka yang semula seperti korban kebaran, seketika berubah masam walaupun rasa kesal masih terpampang dari keduanya. "Adzan kae loh?" Rohim menegur keduanya dengan sedikit nada tekan. "Yo do solat...wis ra sah rame neh...!" Rohim mengakhiri Genjatan Senjata. Akhirnya merekapun berlalu mencari perlengkapan sholat sendiri-sendiri. Malam begitu dingin hari ini seakan menjadi saksi berakhirnya Agresi malam ini. Seperti biasa mereka keluar dari kamar rumah yang kecil dengan ekspresi yang berbeda, membuat semua orang terkagum dengan persahabatan yang nan indah. Walaupun dalam dapur mereka sering memiliki perbedaan, akan tetapi tidak untuk dipublikasikan, begitu kira-kira janji yang pernah tersemat dalam jiwa mereka bersama. ....bersambung).


Rohim Habibi, Pengajian Kalimat, Solo

Tidak ada komentar: