"G U B U K K I T A"

Gubuk Untuk Sekedar Berbagi...

Sabtu, Agustus 29, 2009

Babak 6; Sholat Ku, dan Mereka

Anak kecil adalah sumber inspirasi bagi manusia dewasa, dalam pengamatanku memang benar. anak kecil merupakan sumber dari segala sumber perilaku orang dewasa, terutama orang tua. Tertawa, Marah atau Sedih sering jadikan respon orang dewasa terhadap stimulasi yaitu anak kecil. laku "lugu" anak-anak memang menggelikan, memusingkan atau "nganyeli", tapi sebagian responden akan memlilih lucu sebagai laku responsif. Terutama aku, Hehe..

Hari ini begitu mengocak hati ku, hehehehe. Aku tertawa -tp tak bersuara- melihat dua kelompok manusia yang berbeda kualitas otaknya, hehehe. Akan tetapi perbedaan itu tak nampak setelah melihat laku keagamaan hari ini. Ya, orang dewasa bisa meniru laku "lugu" seorang anak, yang membuat hati ku tak ingin berhenti tertawa...hehehe, Kok Bisa?! aku mengendapkan pertanyaan sebagai kegaguman. "Lucu...banget?! sesekali aku bergeming.

Padahal Sepele, tapi bikin terpingkal-pingkal...". Berawal dari sholat tarawih cerita ini; Biasa, namanya anak kecil jika berkumpul -siapapun bisa membayangkan bagaimana keramaian itu sebagai akibat komunitas anak- saling pukul, saling cubit, cerita film favorit, dll semua dilakukan sebagai ekspresi kebahagian buah dari kebersamaan atau Silaturrahmi. Pun tidak menghiraukan bahwa momentumnya tidak tepat, ya, waktu itu sholat tarawih. Waktu ruku', misalnya, ada yang dorong dari belakang hingga terjatuh, dan "Hahahaha..." sebagai ekspresi kebahagiaan. Padahal para mubaligh sudah berkali-kali mengingatkan untuk sholat khusuq atau sholat dengan tenang, jangan bermain atau sampai buat orang lain marah, eman-eman...?!, kata mubaligh. Tapi namanya anak-anak, sebelum ia benar-benar mendapatkan hukuman yang nyata maka tidak mungkin ia mau merubah perilaku itu.

Tak pelak, orang-orang dewasa yang mulai terganggu dengan keramaian itu berusaha menghentikan keramaian tersebut, ia merasa sholatnya tidak husuq -ikut rame- karena cubit-cubitan, cerita film yang dilakukan oleh anak kecil. Ya, berarti orang dewasa juga ikut rame -dalam hati- sehingga dia tidak khusuq, tanyaku dalam hati.. Anak-anak menjadi bulan-bulanan laku ingin khusuq dari orang dewasa, seakan menjadi Tuhan sebagai pemberi pahala dan penerima ibadah dengan menerima yang diam dan menghukum yang rame atau pahala ibadah bagi yang diam dan haram bagi yang rame... Tp dalam hati berkata; Wajar aja, karena yang diberi pelajaran anak kecil?! Emang benar, aku melihat segerombolan orang dewasa yang berlaku sama dengan anak kecil, tapi kebal hukum.

Dengan tenang dan tanpa rasa takut, seperti halnya anak-anak kecil, orang-orang dewasa bergurau bahkan sesekali tidak sholat sekedar ingin teng-teng crit (tengak-tengok crita), padahal dia berada dishof kedua sebelum shof terakhir. Bahkan lebih lucunya, mereka ikut menghukum anak-anak yang membuat keramaian. Awas!! Sing Rame Tak Gebuk!! ungkapan yang keluar, seakan menjadi malaikat munkar - nakir yang menakutkan. Hahahaha..., Aku tertawa -dalam hati- bukan karena anak-anak mendapatkan hukuman, pun mereka yang kebal hukum, melainkan orang dewasa juga bisa anak-anak, butuh tertawa tanpa melihat kondisi dan situasi, hahahaha....

Lebih menggelikan, aku kira sedulur pasti juga tertawa, melihat cara sholat orang-orang dewasa yang belajar dari anak-anak, saling dorong, saling tendang, saling ngrumpi dan itu masih saja terjadi di masyarakat, hahahaha.... Bagiku itu keindahan hidup asalkan tidak mencoba menjadi Tuhan dengan mengklasifikasikan diterima dan tidak laku keagamaan kita atau menghakimi anak-anak yang berlaku demikian, seperti yang aku lihat di dunia ku ini...

Rohim Habibi, Pengajian Kalimat, Solo

Tidak ada komentar: