"G U B U K K I T A"

Gubuk Untuk Sekedar Berbagi...

Minggu, Agustus 16, 2009

Malaikat Kecil Ku

Pagi cerah dengan jiwa yang sumringah, begitulah kira-kira arti dari wajah-wajah manis kalian menelusuri jalan, pagi ini. Kalian datang lebih cepat dari petugas protocol, petugas koor lagu Indonesia Raya, dan petugas pembaca teks UUD 1945. Tak biasa memang, aku coba memutar otak .Apa gerangan? kenapa hari ini begitu indah, mungkin ada upacara kemerdekaan, sementara jawaban yang ada dalam otak ku. Karena sudah jadi rahasia umum, hukum mengikuti upacara kemerdekaan adalah wajib ‘ain, itu artinya dosa bagi yang tidak hadir, apalagi sengaja mbolos, alamat dapat poin 50.

Aku hadir diantara mereka, seperti biasa, aku ada dibarisan terdepan dari para pemboikot, itu artinya satu hukuman bakal jadi hadiah, dan artinya aku tidak bisa melihat sosok idola dalam hidup ku, malaikat kecil yang membekukan egoku. Marah sebetulnya, tapi apa artinya karena semua yang terjadi salah aku sendiri, hatiku coba menghibur. Lengkap sudah penderitaan ku ini, setelah semalam.

Semalam, aku dan perasaan cintaku datang menjemput wajah manis mu dalam acara syukuran kemerdekaan bangsa. Aku hadir tidak seperti perasaan mereka, pyur untuk syukuran kebesaran bangsa, tapi aku hadir untuk kemerdekaan kita –aku dan malaikatku-, kemerdekaan karena kau mendapatkan kebebasan untuk sekedar keluar malam, seharusnya, hal yang paling sulit bagi dirimu, karna kau hidup dimasa perang. Aku dan mata ku berlari menelusuri sudut sempit, remang-remang lampu, sampai tengah kamar pusat acara kemerdekaan itu, memburu hadirmu malam ini, maklum sifat sayang ku yang besar –mengganti sifat posesif- membuatku tak mau melewatkan mu, barang semenit, apalagi sampai kau bertatap mata dengan laki-laki lain, jiwa pemberontak ku bakal muncul, seperti Hulk yang tak mau kekasihnya disakiti, atau Romeo yang rela mengorbankan apapun demi cintanya kepada pujaan hati Juliet.

Tapi malam ini benar-benar malam yang hitam bagi cintaku, jika aku tetap mengikuti keinginan ku untuk mencarimu, tak mungkin aku bisa berdiri esok hari, karna entah kenapa, kau tidak hadir malam ini, ”Apakah kali ini kau terpenjara di Lawang Sewu, hingga kau tak bisa keluar?” Dalam emosi aku bertanya. ”Sayang kecil ku, semalam kau kemana aku menanti mu bersama air mata kecil, kau tak tampak diantara nyanyian, diantara goyangan, diantara kuis itu, kau kemana sayang kecil ku, mungkin kau takut malam ini, malam penuh tangisan, malam benuh keindahan karna ku tahu kau orang terindah yang mudah menangis”.

Malam ini aku menjelma rama yang setia menanti sinta di tempat berbeda. Aku kembali harus menangisi rasa cinta ini, rasa yang belum terbalas walau hanya senyuman, malam ini aku akan memendamnya sampai esok hari, aku menghibur dengan ocehan memelas: semoga esok Sinta hadir dan tersenyum lagi, harap ku.

17-08-2009
Rohim Habibi, Pengajian Kalimat, Solo

Tidak ada komentar: